Mengenai Saya

Foto saya
Tebing Tinggi, Sumatera Utara, Indonesia
Muslim Sejati

Arsip

Rabu, 10 Februari 2010

Makalah k Ku

MAKALAH
FISIOLOGI TANAMAN
BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT

OLEH

KELOMPOK 4
ILMAL BANI HASYIM: 09.04.3634 (KETUA)
GRINOX PUTRA TAMA: 09. 04. 3627 (PENYAMPAI MATERI)
HARI SYAHPUTRA: 09. 04. 3628 (MODERATOR)
HERLIN AGISTA: 09. 04. 3632 (NOTULIS)
HENDRIK TEGAR: 09. 04. 3631
IBNU ISNAWAN: 09. 04. 3633
INDRA JAYA SIALAGAN: 09. 02. 3635
IRFAN PURBA: 09. 04. 3636
IRWANSYAH: 09. 04. 3637

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN
YOGYAKARTA
2009



i. KATA PENGHANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyalesaikan makalah ini.
Makalah di buat berdasarkan hasil diskusi kelompok kami selama 2 minggu dari 16 Desember sampai dengan 30 Desember 2009.
Kami dapat menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dari Ibu Tri Martini, SP, MSi selaku dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan.
Penyusun menyadari makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk menyempurnakannya penyusun dengan senag hati menerima segala kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun berharap makalah ini bermanfaat bagi penyusun dan bagi pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 24 Desember 2009

Penyusun





ii. DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………………….........i
Kata Penghantar………………………………………………………………………………ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………………...iii
Bab I Pendahuluan....………………………………………………………… ……………...1
A. Judul………………………………………………………………………………...1
B. Latar Belakang……………………………………………………….. …………….1
Bab II Pengenalan Tanaman Kelapa Sawit…………………………………………………… 3
Bab III Perawatan Tanaman Kelapa Sawit……………….…………………………………...6
Bab IV Pembibitan dan Panen………………………………………………………………...10
Kesimpulan……………………………………………………………………………………13
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………...14


BAB I

PENDAHULUAN


A. JUDUL
Budidaya Tanaman Kelapa Sawit


B. LATAR BELAKANG
Sektor pertanian sampai saat ini masih merupakan sektor yang belum tergantikan dalam
memenuhi kebutuhan manusia, baik sandang, pangan maupun perumahan serta rekreasi. Penguasaan ilmu pertanian dan khususnya ilmu perkebunan menjadi hal yang logis untuk mewujudkan sektor pertanian yang mengkhususkan sektor perkebunan menjadi sektor yang handal dan dapat diandalkan bagi pemenuhan kebutuhan manusia, di waktu sekarang maupun yang akan datang.
Pertanian yang berkelanjutan merupakan konsep pembangunan pertanian yang lebih komperhensif, berwawasan jangka panjang, serta akrab lingkungan dalam mewujudkan pertanian yang lebih handal.
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang sangat diunggulkan selain karet dan kakao. Tingginya kebutuhan dunia terhadap minyak nabati menjadikan tanaman ini menjadi komoditas perkebunan yang handal dalam peningkatan devisa negara dalam sektor komoditi non-migas.
Pertumbuhan dan produtivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor luar maupun dalam tanaman kelapa sawit itu sendiri, antara lain jenis atau varietas tanaman. Sedangkan faktor luar adalah faktor lingkungan, antara lain iklim, tanah, dan teknik budidaya yang dipakai merupakan faktor lingkungan utama yang mempengaruhi. Disamping itu kelapa sawit (Elais ginneensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik.


Namun untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat dan menghasilkan produksi yang tinggi dibutuhkan kisaran lingkungan tertentu (syarat tumbuh tanaman kelapa sawit). Kondisi iklim, tanah, dan bentuk wilayah merupakan faktor lingkungan utama yang mempengaruhi.
Secara nasional produksi komoditas tanaman perkebunan yang sangat besar mendapatkan
keuntungan finansial adalah komoditas kelapa sawit karena mempunyai daya jual yang tinggi dibandingkan komoditas perkebunan lain.



BAB II
PENGENALAN TANAMAN KELAPA SAWIT

Kelapa sawit (Elaeis genneensis Jacq) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting.
Gambaran Umum Kelapa Sawit
Morfologi Kelapa Sawit
a. Akar
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang.
Radikula (bakar akar) pada bibit terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam bulan terus-menerus dan panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit terus berkembang.
Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah
dan horizontal ke samping. Serabut primer ini akan bercabang manjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya, cabang-cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal.
b. Batang
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada
pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan.
Di batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat
kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas.

c. Daun
Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau ayam. Di
bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisisnya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun
d. Bunga dan buah
Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai
mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyrbukan silang (cross pollination).
Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicrap), daging buah
(mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji (endocrap) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embryo).
Lembaga (embryo) yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah.
1. Arah tegak lurus ke atas (fototropy), disebut dengan plumula yang selanjutnya
akan menjadi batang dan daun
2. Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy) disebut dengan radicula yang selanjutnya
akan menjadi akar.
Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin tua warnanya berubah menjadi
hijau kehitaman, kemudian menjadi kuning muda, dan setelah matang menjadi merah kuning (oranye). Jika sudah berwarna oranye, buah mulai rontok dan berjatuhan (buah leles).
e. Biji
Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji dura afrika
panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji dura deli memiliki bobot 13 gram per biji, dan biji tenera afrika rata-rata memiliki bobot 2 gram per biji.

Biji kelapa sawit umumnya memiliki periode dorman (masa non-aktif). Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan sekitar 50%. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment.
Jenis Kelapa Sawit.
Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
1. Dura memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15-17%.
2. Tenera memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21-23%.
3. Pisifera memiliki cangkang yang sangat tipis, tetapi daging buahnya tebal dan bijinya kecil. Rendemen minyaknya tinggi (lebih dari 23%). Tandan buahnyahampir selalu gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit.


BAB III
PERAWATAN TANAMAN KELAPA SAWIT

Kelapa sawit (Elais Guineensis Jacq) adalah salah satu tanaman yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit baru mulai dikembangkan pada tahun 1991 secara komersial dalam perusahaan perkebunan di Indonesia. Kelapa sawit termasuk jenis palmae, denagn sekitar 11-15 m, bahkan kadang-kadang mencapai tanaman ini tidak bercabang, tajuk daun membentuk semacam paying dengan tipe daun majemuk. Tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan buah sekitar 14 – 18 buah/tahun; keluarnya pelepah berarti juga dihasilkan satu bakal buah. Akar tanaman kelapa sawit tersusun atas akar serabut, yang mampu baik pada lahan dengan kelas marginal dan sekaligus dapat menjaga tanah dari erosi (Heurn, 1985).
Pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor luar maupun faktor dalam tanaman kelapa sawit itu sendiri, antara lain jenis atau varietas tanaman. Sedangkan faktor luar adalah faktor lingkungan, antara lain iklim, tanah, dan dan teknik budidaya yang dipakai (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

1. Iklim
Faktor iklim yang terpenting adalah curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara dan radiasi matahari. Faktor-faktor ini sepintas lalu tampak berbeda jelas satu sama lain, tetapi pada kenyataannya berkaitan erat dan saling mempengaruhi. Curah hujan yang tinggi menurunkan radiasi matahari karena cuaca banyak berawan. Pada gilirannya, cuaca berawan cenderung menurunkan suhu. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27º C dengan suhu maksimum 33º C dan suhu minimum 22º C sepanjang tahun. Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk prtumbuhan kelapa sawit adalah 1250 – 3000 mm yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari 3), curah hujan optimal berkisar 1750 – 2500 mm.

2. Kondisi Lahan
Berbeda dengan faktor-faktor iklim yang polanya dapat berfluktuasi dari tahun ke tahun,
sifat-sifat tanah dapat dikatakan konstan, walaupun untuk jarak panjang, karena proses pelapukan, sifat-sifat tersebut dapat mengalami perubahan. Demikian pula untuk derajat kesuburan tanah dapat meningkat atau menurun, tergantung dari manusia dalam memanfaatkan tanah. Tanaman kelapa sawit pada lahan beriklim agak kering sebenarnya masih dapat tumbuh baik jika kemampuan tanah tergolong tinggi dalam menyimpan dan menyediakan air. Secara umum tanaman kelapa sawit dapa tumbuh dan berproduksi pada tanah-tanah Ultisols, Inceptisols, Andisols, histosol. Berbeda dengan tanaman perkebunan lainnya, kelapa sawit dapat diusahakan pada tanah yang memiliki tekstur agak kasar sampai halus yaitu antara pasir berlempung sampai liat massif. Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung liat berpasir. Kedalaman efektif tanah yang baik adalah jika > 100 cm.
Selain itu kelapa sawit dapat tumbuh dan berprodusi pada bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit (kemiringan 8 – 30%) dan bentuk wilayah yang sesuai untuk kelapa sawit adalah datar sampai berombak dengan kemiringan lereng antara 0 – 8%.

3. Pemupukan
Ada beberapa jenis pembagian dan pemberian pupuk terhadap tanaman kelapa sawit
tergantung pada jenis tanaman yaitu masih dalam proses pembibitan dan pemupukan pada tanaman yang menghasilkan (TM).

A. Pemupukan bibit
1. Jenis dan Dosis Pupuk
Jenis pupuk yang digunakan adalah urea, NPK, serta Kieserite. Pada saat
transplanting dari Pre-nursery ke main Nur-sery biasanya bibit mengalami stres dan menjadi agak kekuningan. Untuk itu bibit disemprot dengan larutan 8 gram urea dalamn 15 liter air untuk 100 bibit.

2. Pemupukan di Pre-Nursery
Pemupukan dilakukan pada periode umur bibit 0 – 3 bulan. Pemupukan daun dengan cara penyemprotan dapat dilakukan jika daun pertama sudah keras. Rotasi dosis yang sama diberikan per minggu. Setelah dilakukan penyemprotan daun, bibit tidak boleh disiram dengan air pada pagi hari karena dapat menyebabkan pencucian pupuk yang diaplikasikan.

3. Pemupukan di Main Nursery
Pupuk diaplikasikan secara merata di permukaan tanah dalam polybag dengan jarak 5 – 8
dari bibit dan tidak boleh mengenai daun. Setelah berumur 12 bulan, aplikasi dapat disebar merata di polybag.

4. Cara Aplikasi
Pupuk disebar merata 20 cm dari pangkal tanaman sampai ke proyeksi ujung pelepah agar penyerapannya maksimum. Disebarkan merata pada jarak 20 – 50 cm dari pangkal batang disekeliling pohon dan tidak boleh mengenai daun kelapa sawit.

5. Waktu Aplikasi
Aplikasi harus segera dilakukan segera setelah penyiangan gulma pada piringan dengan
demikian harus direncanakan dengan baik antara jadwal penyiangan gulma dengan pemupukan.


B. Pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM)
Dosis pupuk pada tanaman kelapa sawit menghasilkan (TM) ditentukan berbagai faktor, antara lain hasil analisa daun, kesuburan tanahm, produksi tanaman, percobaan lapangan, dan pengamatan visual tanaman. Hasil analisis daun memberikan indikasi kekurangan unsur hara pada tanaman, tetapi tidak menjelaskan penyebab dan besarnya pupuk yang diperlukan untuk mencapai kondisi hara yang optimal.

Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi tanah, khususnya kesuburannya dalam menentukan rekomendasi pemupukan yang tepat. Hal ini lebih lanjut dapat dikaitkan dengan potensi produksi tanaman kelapa sawit.

Pemupukan Secara Manual
a. Dilakukan pada Tm muda umur <7 tahun atau pada TM yang lebih tua yang tidak
dimungkinkan untuk dilakukan secara mekanis
b. Pada Tm muda pupuk ditabur merata mulai batas luar piringan menuju ke dalam
dengan lebar 1 m.
c.Pada TM remaja dan tua, pupuk di tabor mulai batas luar piringan ke arah luar
dengan lebaran sebaran 1 m.
d.Pupuk fosfat untuk TM muda diberikan di piringan sedangkan pada TM remaja dan
tua diberikan pada tumpukan pelepah maupun diatas bahan organik.

2. Pemupukan Secara Mekanis dengan fertilizer spreader
Penggunaan fertilizer spreader (FS) sesuai pada areal TM yang datar sampai landai (kemiringan lereng 0 – 5 º) dengan umur tanaman > 6 tahun.

4. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma pada kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara manual, kimiawi Pengendalian secara manual dilakukan dengan menggunakan cangkul. Dengan cara kimiawi, pangendalian gulma dilakukan dengan cara pemberian herbisida, pestisida dan zat kimia lainnya.

BAB. IV
PEMBIBITAN DAN PANEN

A. PEMBIBITAN
Pembibitan tanaman kelapa sawit merupakan hal yang sangat penting dalam proses pertukaran tanaman lama ke yang baru serta dapat menemukan jenis-jenis tanaman kelapa sawit yang lebih produktif. Bibit baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penempilan tubuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan saat pelaksanaan transplanting. Untuk menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas maka diperlukan pengolahan yang intensif selama tahap pembibitan.
Pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa sawit di lapangan sangat dipengaruhi oleh mutu bibit yang digunakan. Pertumbuhan bibit kelapa sawit yang jagur diperoleh melalui pemeliharaan yang baik terutama melalui pemberian pupuk yang optimal. Selain pemupukan, sifat media tanah yang digunakan khususnya sifat – sifat fisik tanah sangat menentukan pertumbuhan bibit.
Pembibitan melalui klon meliputi pembibitan awal (pre nursery) selama 3 bulan dan pembibitan utama (main nursery) selama 9 bulan. Sebelum pembibitan awal dilakukan, planlet (tanaman baru) perlu melewati fase aklimatisasi, yaitu proses adaptasi planlet dari kondisi laboratorium menjadi kondisi lingkungan alami di luar.
1. Penentuan Lokasi
Dalam pembibitan penentuan lokasi yang baik sangat diperlukan adapun syarat lokasi
yang baik untuk pembibitan kelapa sawit yaitu:
a. Ketersediaan air dengan pH >4 yang cukup untuk mengairi minimal 80.000 liter/ha/hari.
b. Berdreinase baik dan tidak terkena banjir
c. Tanah yang baik dan ketersediaan unsur hara nya sangat baik pula
d. Disekitar lokasi pembibitan tidak terdapat pohon yang tinggi


2. Pemberian Mulsa
Pemberian mulsa dilakukan untuk mengurangi penguapan air maupun pupuk. Mulsa
diberikan secara merata di atas permukaan tanah dalam polybag segera setelah penanaman. mulsa yang dianjurkan adalah cangkang kelapa sawit, apabila tidak tersedia cangkang dapat juga digunakan fiber atau potongan lalang kering.

3. Pemupukan
Pada umumnnya pemupukan bibit kelapa sawit dilakukan menggunakan pupuk majemuk
NPKMg.

4. Persiapan Pemindahan Bibit ke Lapangan
Cara pemindahan bibit ke lapangan juga harus diperhatikan. Bibit harus diangkat dengan cara menempatkan satu tangan di dasar polybag dan satunya lagi menggenggam pangkal batang. Bibit tidak boleh diangkat dan dilemparkan atau dibanting karena akan mengakibatkan polybag pecah.

B. PANEN
serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai
kriteria matang panen, mengumpulkan dan megutip brondolan serta menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil. Adapun intruksi panen adalah
1. Memanen semua TBS (Tandan Buah Segar) sesuia dengan criteria matang panen
2. Mengutip semua brondolan
3. Pembuatan ancak panen yang bertujuan memperolek efektivitas kerja pemanenan
Kriteria matang panen tergantung pada berat tandan yaitu untuk berat tandan > 10 kg
sebanyak 2 brondilan/kg tandan dan untuk berat tandan < 10 kg sebanyak 1 brondolan/kg tandan. Pada tanaman kelapa sawit pada umumnya dapat dipanen pertama kali dari penanaman awal bibit adalah sekitar 2 – 3 tahun.

Pembuatan jalan-jalan panen juga merupakan hal terpenting dalam pemanenan yang bertujuan untuk mempermudah pengangkatan hasil panen. Pembuatan jalan-jalan panen dilakukan setelah tanaman kelapa sawit berumur 2 tahun, di antara dua baris pohon dibuat jalan kecil yang sejajar dengan barisan pohon. Jalan panen ini juga mempermudah pemeriksaan penyiangan dan jenis pekerjaan lain.

KESIMPULAN

1. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting.

2. Bentuk morfologi tanaman kelapa sawit terdiri atas akar, batang daun, bunga, buah, dan buah.

3. Pertumbuhan dan produtivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor luar maupun dalam tanaman kelapa sawit itu sendiri, antara lain jenis atau varietas tanaman. Faktor luar adalah faktor lingkungan, antara lain iklim, tanah, pemupukan dan teknik budidaya yang dipakai merupakan faktor lingkungan utama yang mempengaruhi

4. Pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa sawit di lapangan sangat dipengaruhi oleh mutu bibit yang digunakan.

5. Pemupukan dalam budidaya tanaman kelapa sawit dapat dibedakan beberapa cara aplikasi berdasarkan pada umur tanaman yaitu, pemupukan di Pre-Nursery dan pemupukan di Main Nursery.











DAFTAR PUSTAKA

Buana, Lalang, dkk. 2006 Modul Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit (Indonesian Oil Palm Research Institute). Medan.

Gandaseputra, Suwardi. 1986. Budidaya Dan Pengolahan Kelapa Sawit. Lembaga
Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta.

Heurn, F. C. V. 1985. Kelapa Sawit (ahli bahasa Semangun, H dan Lahija, A).
Lembaga Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta.

Mangoensoekardjo, S. dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gajah
Mada University Press. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar