Mengenai Saya

Foto saya
Tebing Tinggi, Sumatera Utara, Indonesia
Muslim Sejati

Arsip

Kamis, 13 Januari 2011

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA
TEKSTUR TANAH

OLEH
ILMAL BANI HASYIM
09.04.3634

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK
LEMBAGA PENDIDIKAN PEREKEBUNAN
YOGYAKARTA
2010

ACARA TEKSTUR TANAH

A. TUJUAN
Mengatahui kelas terkstur tanah pada sample secara kualitatif pada keadaan tanah.

B. ALAT DAN BAHAN
a. ALAT
- Aquades
- Cawan
b. BAHAN
- Tanah gromosol
- Tanah latosol
- Debu vulkan
- Tanah regosol

C. CARA KERJA
1. Mengambil jenis tanah sesuai dengan praktikum kadar lengas tanah kira-kira 10-15 gram, dalam praktikum ini kelompok kami menggunakan tanah gromosol.

2. Campurkan tambahan dengan aquades/air kemudian dihomogenkan seperti membuat sebuah adonan.

3. Kemudian diremas-remas supaya semua agregatnya lepas, sehingga pasta liat (kadar air antara BG dan BJ.

4. Tanah selama diremas-remas dibasahi sedikit demi sedikit, jika kurang basah tanah tersebut dibuat bola dengan cara dikepal.

5. Raba jenis tanah dengan ujung jari.

D. HASIL PENGAMATAN
NO.
KRITERIA
TEKSTUR TANAH

1. Gromosol: terbentuk pita, tanpa retakan
dan sedikit agak ngeres

2. Regosol: tidak terbentuk pita dan terasa
sangat kasar

3. Latosol: terbentuk pita dengan retakan

4. Abu Vulkan: terbentuk pita dengan retakan sedikit dan tersa sedikit kasar

D. PEMBAHASAN
Tekstur tanah adalah perbandingan relative berat tanah dari ketiga fraksi tanah yaitu pasir, liat, dan lempung (Send, silk, dan clay). Tekstur tanah penting untuk diketahui karena komposisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut akan menurunkan sifat-sifat fisika-kimia, dan kimia tanah. Sebagai contoh, besarnya lapangan pertukaran dan ion-ion dalam tanah yang amat ditentukan oleh tekstur tanah. Tanah mengandung pertikel yang beraneka ragam ukurannya, ada pecahnya butir-butir mineral tanah yang berukuran berbeda. Luas permukaan debu dan pembebasan unsur-unsur hara untuk diserap akan lebih besar dari pasir. Partikel debu terasa licin dan kurang melekat. Fraksi lempung dari kebanyakan tanah terdiri dari mineral yang berbeda komposisi kimia dan sifat-sifat lain dibanding dengan jumlah pasir dan debu. Di samping itu, permukaan lempung dapat mengabsorsikan sejumlah unsur hara dalam tanah. Dengan demikian lempung yang permukaannya bermuatan negative dianggap sebagai penyimpanan air dan makanan untuk tanaman (Bailez, 1986).
Pengaruh struktur tanah dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara langsung. Struktur tanah yang remah pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman dan produksi per satuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan panjang akar tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah rendah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar pada tanah yang berstruktur ringan lebih cepat per satuan waktu dibandingkan pada akar tanaman pada tanah kompak sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah yang tersedia banyak pada tanah remah. Selain itu, akar tanaman memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang berpori dibandingkan pada tanah padat. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti berlempung tinggi sulit mengambangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk menyebar akibatnya rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan turut mengalami kesulitan untuk menembus struktur tanah sehingga perakaran tersumbat (Agrostologi, 2010).

Praktikum dasar-Dasar Ilmu tanah yang berjudul “Tekstur Tanah”ini bertujuan untuk Mengatahui kelas terkstur tanah pada sample secara kualitatif pada keadaan tanah yang dilaksanakan pada hari Rabu, 28 April 2010 di Laboratorium Tanah dan Pupuk Lembaga Pendidikan Perkebuanan Yogyakarta. Percobaan ini menggunakan bahan berupa tanah kering udara yaitu tanah gromosol, regosol. Latosol, dan abu vulkan dengan ukuran penyaringan 2 mm, serta menggunakan alat berupa cawan dan aquades.
Diawali dengan mengambil segenggam tanah, lalu diremas-remas bertujuan agar semua agregatnya lepas, sehingga akhirnya tanah menjadi pasta liat. Kemudian tanah dibasahi sedikit demi sedikit sambil diremas-remas, jika kurang basah tanah tersebut dibuat bola dengan cara dikepal, kemudian tanah yang dibuat bola tadi ditekan dan didorong dengan hati-hati antara ibu jari dengan jari telunjuk sampai ujung pita tanah menjulur melampaui ujung jari teleunjuk.
Pasta tanah tadi digosok-gosok dengan jari terbentuk pita, tanpa retakan dan sedikit agak ngeres berarati termasuk loam (gromosol), jika tidak terbentuk pita dan terasa sangat kasar berrarti termasuk jenis sand (regosol), apabila terbentuk pita dengan retakan berarti termasuk jenis clay (latosol), dan jika : terbentuk pita dengan retakan sedikit dan terasa sedikit kasar berarti jenis tanah sandy clay (Abu Vulkan).

Tekstur tanah sifatnya permanen atau tidak dapat diubah. Pada praktikum ini digunakan 4 jenis tanah yaitu gromosol, regosol, latosol, dan abu vulkan yang ke empat tanah ini mempunyai tekstur yang berbeda-beda. Setiap tanah mendapatkan perlakuan yang sama untuk menentukan teksturnya.
Manfaat mengetahui tekstur tanah dibidang pertanian adalah untuk mengetahui jenis tanah yang paling baik untuk dijadikan sebagai lahan pertanian. Dalam penentuan tektur tanah ini menggunakan metode penentuan secara kualitatif yang memiliki keuntungan-keuntungan antara lain: alat yang digunakan sangat sederhana dan mudah didapat, cara penentuan yang sederhana, tidan rumit, lebih cepat, dan murah. Tetapi kekurangannya yakni hasil yang diperoleh kurang akurat.
Sifat-sifat yang mempengaruhi tekstur tanah adalah mineral dari masing-masing tanah. Misalnya fraksi pasir terutama mengandung mineral primer (silikat dan kuarsa). Secara umum, ciri ciri tanah dengan tekstur tanah yang berpasir adalah mempunyai pori-pori yang besar, kandungan hara rendah, cepat meloloskan air sehingga sedikit dimanfaatkan oleh tanaman. Tanah dengan tekstur debu mempunyai kapasitas tinggi untuk mengikat air, memiliki unsur hara yang lebih banyak daripada pasir sehingga lebih subur untuk tanaman. Tanah lempungan mempunyai sifat drainase buruk, kapasitas mengikat air tinggi, kandungan hara tinggi tetapi sukar diolah.
Keragaman sifat tanah dari suatu tempat ke tempat lain dalam suatu bentang lahan merupakan akibat dari banyak faktor yang berbeda dan saling berinteraksi satu dengan lainnya. Topografi dan tipe penutupan lahan merupakan faktor penentu proses geomorfik yang terjadi pada gilirannya mempengaruhi keragaman tanah yang terbentuk (Darusman dan Abubakar 2002).

E. KESIMPULAN
1. Tekstur tanah adalah perbandingan relative berat tanah dari ketiga fraksi tanah yaitu pasir, liat, dan lempung (Send, silk, dan clay).

2. Dari percobaan, diperoleh hasil:
a. Gromosol: terbentuk pita, tanpa retakan dan sedikit agak ngeres yakni Tanah Loam

b Regosol: tidak terbentuk pita dan terasa sangat kasar yakni tanah ini adalah bertekstur tanah sand.

c. Latosol: terbentuk pita dengan retakan adalah tanah yang bertekstur clay.

d. Abu Vulkan: terbentuk pita dengan retakan sedikit dan tersa sedikit kasar ini adalah tanah yang bertekstur sandy clay.

DAFTAR PUSTAKA

Agroastrologi, 2002. Tekstur tanah. http://www.iel.ipb.ac.id/sac/hibah.htm. Diakses
tanggal 3 Mei 2010.

Bailez,H.H.,1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung: Lampung.

Darusman dan Abubakar K., 1998. Keragaman Spasial Sifat-Sifat fisik Andisol sebagai Fungsi
Lereng Pada 3 tipe Penutupan Lahan di Aceh Tengah. Agrista: 100-10.

Selasa, 28 Desember 2010

PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN
IDENTIFIKASI ALAT PERTANIAN

OLEH
ILMAL BANI HASYIM
09.04.3634
BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

POLITEKNIK
LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN
YOGYAKARTA
2010


I.PENDAHULUAN

A.TUJUAN
1.Menjelaskan metode dan peralatan pada berbagai jenis alat pengolahan tanah.
2.Mengetahui jenis-jenis alat pengolahan tanah.
3.Mengetahui bagian-bagian dari alat pengolahan tanah beserta fungsinya.

B.TINJAUAN PUSTAKA
Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk mempersiapkan lahan bagi pertumbuhan tanaman dengan cara menciptakan kondisi tanah yang siap tanam. Dari waktu ke waktu alat pengolahan tanah telah mengalami perkembangan yang demikian pesat baik dalam metode maupun peralatan yang digunakan, tetapi sampai saat ini pengolahan tanah masih belum dapat dikatakan sebagai ilmu yang pasti (eksakta) yang dapat dinyatakan secara kuantitatif. Belum ada metode yang memuaskan yang tersedia untuk menilai hasil olah yang dihasilkan oleh suatu alat pengolah tanah tertentu, serta belum dapat ditentukan suatu kebutuhan hasil olah yang khusus untuk berbagai tanaman untuk lahan kering.
Dengan alat mekanisasi pertanian ini diharapkan tercapainya kapasitas kerja yang cukup tinggi, pekerjaan relatif lebih cepat disesuaikan dalam waktu relatif lebih singkat dan mutu pekerjaan bertambah baik, misalnya dalam pengolahan tanah. Pemahaman tentang metoda-metoda pengolahan tanah, berbagai jenis peralatan yang digunakan untuk pengolahan tanah baik untuk lahan kering maupun lahan basah, kinerja dari peralatan pengolahan tanah dan uraian prisip mekanika pada alat pengolahan tanah ; sangat dibutuhkan bagi lulusan dalam pekerjaannya baik sebagai perencana maupun sebagai pelaksana dalam usaha manufaktur alat/mesin pengolahan tanah atau usaha pertanian yang memerlukan dukungan mekanisasi pertanian (Noerman Kartohadikoesoemo, 1986).
Telah diketahui bahwa pengolahan tanah dapat merubah dan atau memperbaiki struktur tanah serta memberantas gulma. Perbaikan struktur tanah dengan pengolahan tanah diduga dapat berpengaruh baik pada pertumbuhan tanaman, meskipun pendapat tersebut sulit dibuktikan karena hanya melihat aspek fisik tanahnya saja. Yang pasti bahwa memberantas gulma akan memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman.

Tujuan umum dari pengolahan tanah adalah menciptakan kondisi tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhan tanaman dengan usaha yang seminimun mungkin. Selama ini tujuan tersebut seringkali dicapai dengan mengaplikasikan cara cut and try baik dalam mengembangkan metoda pengolahan tanah maupun mengembangkan atau memperbaiki disain peralatan pengolahan tanah yang sudah ada.
Tujuan khusus dari pengolahan tanah adalah sebagai berikut
1.Menciptakan struktur tanah yang dibutuhkan untuk persemaian atau tempat tumbuh benih. Tanah yang padat diolah sampai menjadi gembur sehingga mempercepat infiltrasi, berkemampuan baik menahan curah hujan memperbaiki aerasi dan memudahkan perkembangan akar.

2.Peningkatan kecepatan infiltrasi akan menurunkan run off dan mengurangi bahaya erosi.

3.Menghambat atau mematikan tumbuhan pengganggu.

4.Membenamkan tumbuhan-tumbuhan atau sampah-sampah yang ada diatas tanah kedalam tanah, sehingga menambah kesuburan tanah.

5.Membunuh serangga, larva, atau telur-telur serangga melalui perubahan tempat tinggal dan terik matahari.
Meskipun para peneliti menyadari bahwa masalah pada alat mekanisasi pertanian berkaitan dengan karakteristik dinamik, namun untuk waktu yang lama penelitian masih saja terkonsentrasi pada mekanika tanah yang statik dan diadakan sintesis antara karakteristik statik dan dinamik Proses penggemburan dengan bajak dirasakan sangat kompleks oleh para peneliti dan hal ini terlihat pada banyaknya dikembangkan model-model yang hanya mendemonstrasikan sebagian dari proses.
Masing-masing alat pengolahan tanah mempunyai kemampuan dan kegunaan yang berbeda, sehingga dala memilih alat yang cocok untuk keperluan pekerjaan perlu diperhatikan (Haryanto dan Hendra S., 1992) :
1.Ukuran yang memungkinkan digunakan dalam tempat pekerjaan sehingga dapat efektif.
2.Transaksi yang tersedia pada kondisi medan yang diinginkan
3.Kekerasan permukaan tanah.
4.Landai maksimal yang akan dilalui.
5.Panjang jalan angkut dan kecepatan gerak yang dibutuhkan.

II. PEMBAHASAN

Alat Pengolahan tanah adalah adalah alat yang mengubah tenaga gerak traktor yang menggandengnya menjadi tenaga gerak/mekanik. Mengolah tanah/bajak merupakan sebuah alat di bidang pertanian yang dipergunakan untuk menggemburkan tanah sebelum melakukan penanaman dan penaburan benih. Penggunaan alat pengolahan tanah sebagai alat gandeng bagi traktor untuk proses pengolahan tanah. Alat pengolahan tanah termasuk mesin pertanian yang dibuat memiliki bagian pembangkit tenaga melalui traktor sehingga dengan tenaga yang dibangkitkan itu mampu melakukan berbagai jenis pekerjaan sesuai dengan jenis tanah yang diolah dan disesuaikan dengan jenis alat pengolahan pertanian yang digunakan. Sehingga kita dapat mengetahui jenis alat pengolahan tanah pertanian apa saja yang akan digunakan pada saat pengggunannya di lapangan.
Identifikasi terhadap alat pertanian harus perlu dilakukan, jika identifikasi tidak dilakukan maka kita tidak akan mengetahui cara penggunaan alat, serta alat tersebut digunakan dalam pengolahan tanah yang bagaimana. Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam pengolahan antara gabungan dari mesin dan alat pertanian perlu dilakukan pengidentifikasian terhadap kedua sistem dan cara kerja serta cara pengoperasiannya.

Alat pertanian tersebut tanpa mesin pertanian tidak akan berguna atau berfungsi karena alat tersebut tidak dapat digerakkan secara manual berbeda dengan alat pertanian dalam hal pengolahan tanah yang dapat dioperasikan dengan menggunakan tenaga manusia yaitu Cangkul.

Alat pengolahan tanah dapat dibedakan atas 2 proses pengolahan tanah yaitu alat pengolahan awal atau bajak yakni pengolahan pada top soil dan sub soil tanah dan alat pengolahan tanah kedua yaitu dilakukan setelah pembajakan. Dengan pengolahan tanah kedua, tanah menjadi gembur dan rata, tata air diperbaiki, sisa-sisa tanaman dan tumbuhan pengganggu dihancurkan dan dicampur dengan lapisan tanah atas, kadang-kadang diberilcan kepadatan tertentu pada permukaan tanah, dan mungkin juga dibuat alur untuk pertanaman.

Pada praktikum ini, pengenalan jenis-jenis alat bajak gandeng traktor dilakukan pada kebun percobaan Lembaga Pendidikan Perkebunan di Wedomartani, Sleman Yogyakarta pada Senin, 18 Oktober 2010. Pada kebun praktikum ini terdapat 5 jenis alat bajak gandeng traktor yang terdapat di gudang penyimpanan yaitu bajak piring (Disk Plow), Revatator, Furrower dan Chisal Plow, Disck Pidgar, dan Disck Harrow. Kondisi dari kelima jenis alat bajak ini kurang mengalami perawatan khususnya dari segi mesin-mesinnya serta bagian-bagiannya sehingga sekilas terlihat kelima jenis alat bajak ini secara keseluruhan kurang layak digunakan di lapangan.

Dalam melaksanakan suatu pekerjaan merupakan satu kesatuan. Jenis alat pengolahan tanah pertanian disesuaikan dengan kondisi lahan dan jenis pekerjaannya sehingga jika tidak disesuaikan dengan kondisi lahan dan jenis pekerjaannya maka penggunaan alatr akan kurang efisien dan efektif dalam hal pengerjaan di lapangan maupun dari segi biaya (cost).

Dalam praktikum ini dilakukan penggambaran 5 alat pengolahan tanah pertanian. Penggambaran dilakukan agar mengetahui dan membedakan bentuk dan bagian dari masing-masing alat pertanian ini. Pada penggambaran diambil dari bentuk 3 dimensinya dari traktor ini dengan derajat penggambaran sekitar 45º sampai 60 º letak alat pengolahan tanah.
Dari sekian banyak alat pertanian yang telah di identifikasi, setiap alat tersebut memiliki peran yang berbeda-beda terhadap pengolahan lahan dilapangan karena bentuk dan bagian-bagian yang dimilki setiap alat juga berbeda-beda.

1.Bajak Piring (Disk Plow)
Disck Plow dirancang untuk menutup kelemahan-kelemahan yang ada pada bajak singkal, terutama mengurangi gaya gesek tanah. Berfungsi untuk membalikkan tanah setelah tanah hancur dan digemburkan oleh mata bajak.

Tipe tarik dapat dibagi lagi atas biasa (reguler) dan satu arah (one¬way). Reguler trailing disk plow ditarik di belakang traktor. Alat ini dilengkapi dengan roda yaitu 2 buah roda alur (furrow wheel) dan satu buah roda lahan (land wheel). Kedua roda alur (furrow wheel), berperan untuk menstabilkan jalannya bajak. Pada tanah-tanah berat digunakan heavy way disk plow untuk mendapatkan pengolahan yang dalam. One way disk plow adalah piring bajak yang di susun dalam satu gang melalui suatu poros. Jarak antara piringan adalah 8 sampai 10 inci. Jumlah piringan dapat beragam dari 2 sampai 35 buah dengan ukuran diameter piring dari 20 sampai 26 inci. Pengenalan saat praktikum ini disk plow yang dikenalkan adalah tipe tarik (trailing).

2.Rotavator
Rotavator digunakan sebagai alat pengolahan tanah pertamamaupun kedua dan sumber tenaga diperoleh dari Traktor melalui Power Take Off (PTO). Retavator adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar. Ada tiga jenis bajak rotari yang biasa dipergunakan yaitu. Jenis pertama yang disebut dengan tipe tarik dengan mesin tambahan (pull auxiliary rotary engine). Pada jenis ini terdapat motor khusus untuk menggerakkan bajak, sedangkan gerak majunya ditarik oleh traktor. Jenis kedua adalah tipe tarik dengan penggerak PTO (pull power take off driven rotary plow). Alat ini digandengkan dengan traktor melalui tiga titik gandeng (three point hitch). Untuk memutar bajak ini digunakan daya dari as PTO traktor. Jenis ketiga adalah retavator rotari tipe kebun berpenggerak sendiri (self propelled garden type rotary plow). Alat ini terdapat pada traktor-traktor roda 2. Bajak rotari digerakkan oleh daya penggerak traktor melalui rantai atau sabuk. Dapat juga langsung dipasang pada as roda, sehingga disamping mengolah tanah bajak ini juga berfungsi sebagai penggerak. Pada praktikum kali ini alat retavator rotari yang dikenalkan adalah tipe kedua.

3.Furrower dan Chisal Plow
Furrower adalah alat pertanian yang digunakan untuk memecahkan lapisan keras / kedap air dibawah permukaan tanah. Furrower tidak akan ada manfaatnya selama tetap disimpan dan tidak disatukan / dipasang pada traktor. Penyatuaan alat tersebut dengan traktor sebagai penariknya amat diperlukan agar dengan Furrower lapisan keras / kedap air di bawah permukaan tanah sampai kedalaman rata-rata 60 – 80 cm dapat dipecahkan. Chisal plow digunakan untuk pengolahan tanah pertama dan berfungsi sebagai membalik tanah dan sedikit memecah lapisan tanah.

4.Disck Pidgar
Disck Pidgar digunakan pada pengolahan tanah yang kedua dan pada pengolahannya dapat menembus tanah lebih dalam. Cara kerja alat ini adalah apabila pada saat memotong tanah hanya melempar tanah ke satu arah saja sehingga pengolahan tanah dilakukan pada satu arah saja. Alat ini digunakan pada saat proses pengolahan tanah kedua.

5.Disck Harrow
Disck Harrow berfungsi untuk pengolahan tanah tahunan. Pada alat ini terdapat dua jenis Disck Harrow yaitu :
1.Jenis Circular
2.Jenis Scalloped
Jenis Scalloped dapat menembus tanah lebih dalam. Sudut piringan antara 15°-25° Ini merupakan jenis yang bekerja dengan cara apabila piringan yang di depan berlawanan arah dengan yang di belakang dalam melempar tanah saat proses pengolahan tanah kedua dan lebih efektif karena prosesnya dilakukan pada dua arah. Piringan dapat bersisi rata atau bergerigi Piringan yang bergerigi biasanya digunakan pada lahan yang mempunyai banyak sisa-sisa tanaman. Ukuran umum berkisar antara 45 sampai 60 cm, sedangkan untuk tugas berat (heavy duty) antara 65 sampai 70 cm.
Piringan dipasang pada suatu as yang berbentuk persegi dengan jarak antara 15 sampai 22 cm, atau 25 sampai 30 untuk tugas berat dan masing-maing dipisahkan oleh gelondong.

III. KESIMPULAN

1.Dengan menggunakan metode praktikum menggambar dari masing-masing alat pengolahan tanah ini diharapkan dapat mengetahui bagian-bagian dari masing-masing alat.

2.Penggunaan alat pengolahan tanah harus disesuaikan dengan keadaan lahan yang akan diolah.

3.Dalam suatu pekerjaan pengolahan tanah, terjadi suatu proses yang melibatkan soil-machine system yang menentukan baik kinerja traktor dan alat pengolahan tanah maupun mutu hasil pengolahan tanah.

4.Alat pertanian yang lebih sering digunakan dalam hal pengolahan lahan adalah Disk Plow karena memiliki daya dalam mengurangi gaya gesek terhadap tanah. Disck Plow tersebut juga sangat efisien dalam hal pembalikan tanah karena memiliki bentuk piringan yang cekung dan bulat sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Kartohadikoesoemo Noerman, 1987. Traktor dan Alat Pertaniannya. Lembaga Pendidikan Perkebunan: Yogyakarta.

Sosroatmodjo, Pribadyo, 1980 : Pembukaan Lahan dan Pengolahan Tanah. Lembaga Penunjang Pendidikan Nasional (LAPPENAS), Jakarta.

Yoso Wigroho H. dan Hendra S., 1992. dkk, 1992. Pemindahan Tanah Mekanis. Atma Jaya: Yogyakarta

http: file://Dokumen/Mekanisasi%20Pertanian/index4april.html diakses 20 Oktober 2010.

Kamis, 25 Februari 2010

PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF

LAPORAN ARTIKEL
PRAKTIKUM PIP & AGRONOMI
PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF



OLEH
ILMAL BANI HASYIM
09.04.3634

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN
YOGYAKARTA
2009


- STEK BATANG PADA TEBU

BAHAN UNTUK BIBIT PADA TANAMAN TEBU
Seperti tanaman yang lain, tebu juga ditentukan oleh tanaman bibit yang akan dipilih. Oleh sebab itu harus direncanakan jenis bibit apa yang sesuai dengan tanahnya.
Bibit harus berasal dari stek tebangan atau dari kebun bibit yang telah direncanakan sebelumnya, Bibit yang akan ditanam harus bermutu baik dan jenis unggul.
Adapun bahan untuk bibit dapat digunakan dari bibit pucuk, bibit batang muda dan bibit rayungan.


Bibit Pucuk
Bibit pucuk adalah bibit yang diambil dari pucuk batang yang sudah ditebang, tebu yang sudah berumur 12 bulan. Pucuk yang diambil adalah pucuk yang berwarna hijau, sedangkan yang tidak berwarna hijau dapat dipakai untuk makanan ternak (sapi). Panjang bibit kurang dari 30 cm (2-3 ruas) dengan 2-3 mata. Yang perlu diperhatikan dalam pemotongan stek jangan sekali dekat dengan tunas, apabila pucuk-pucuk mengalami kekeringan perlu direndam dalam air yang mengalir kurang lebih 24 jam. Untuk menghindari bibit terserang penyakit, sebaiknya bekas potongan diolesi dengan teratur desinfektan (lysol 5 -15%)


Bibit Batang Muda
Bibit batang muda ini harus dari yang masih muda berumur sekirat 5-7 bulan. Pada umur tersebut, mata-mata masih baik dan dapat tumbuh, dengan demikian seluruh batang tebu dapat diambil sekitar 3 stek. Jumlah tiap[ stek 2-3 tunas bibit batang muda.


Bibit Rayungan
Bibit rayungan diambil dari tanaman tebu khusus untuk pembibitan, berupa stek yang telah tumbuh tunasnya tetapi akar belum keluar. Setelah tanaman untuk bibit berumur 6 bulan dipangkas pucuknya, kira-kira 2 ruas lalu dibersihkan dari pelepahnya dan daun-daun yang masih membungkus. Kira-kira 2-3 bulan, 2-3 mata pada tunas teratas segera menjadi tunas .Setelah mencapai 25 – 40 cm sudah dapat dipotong.
Dari 1 ha tanaman tebu pembibitan, dengan satu ruas dan satu tunas dapat diperoleh bibit untuk sekitar 8 – 15 ha.


- STEK UMBI PADA KENTANG

Pengaruh Konsentrasi Paclobutrazol Dan Urea Pada Stek Kentang Terhadap Produksi Tuberlet Varietas Granola. Penelitian tentang Pengaruh Konsentrasi Paclobutrazol dan Urea pada Stek Kentang terhadap Produksi Tuberlet Varietas Granola dilakukan di Rumah Kaca Instalasi Penelitian Brastagi, mulai bulan Februari sampai bulan Mei 2000. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi Paclobutrazol dan Urea yang tepat serta interaksi antara keduanya terhadap pertumbuhan dan produksi Tuberlet Varietas Granola. Metoda Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT), yang diulang tiga kali, faktor pertama sebagai petak utama adalah konsentrasi Urea (N) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu : N1 = 0.50% Urea, N2 = 0.75% Urea, N3 = 1.00% Urea. Faktor kedua sebagai anak petak adalah konsentrasi zat pengatur tumbuh Paclobutrazol (P) yang terdiri dari 2 tara, yaitu : P1 = 0 ppm Paclobutrazol, P2 = 50 ppm Paclobutrazol, P3 = 100 ppm Paclobutrazol. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, luas daun, jumlah klorofil daun, jumlah umbi per plot dan bobot umbi per plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian 0.50% Urea pada tanaman kentang asal stek kultur jaringan dapat meningkatkan luas daun, menurunkan jumlah umbi kelas A per plot, meningkatkan jumlah umbi kelas B1 dan B2 per plot serta cenderung meningkatkan bobot umbi per plot. Pemberian 50 ppm dan 100 ppm Paclobutrazol dapat menurunkan tinggi tanaman, meningkatkan jumlah klorofil, menurunkan jumlah umbi kelas A, B1 dan B2 per plot serta bobot umbi per plot dibandingkan dengan kontrol. Konsentrasi Urea dengan Paclobutrazol berinteraksi dalam mempengaruhi jumlah umbi per plot kelas A.


- STEK AKAR PADA SUKUN YANG BERBIJI

Kelur (Sukun yang berbiji) biasanya diperbanyak menggunakan biji. Biji-biji segar yang langsung ditanam memiliki viabilitas sebesar 90 - 95%, dan viabilitasnya akan turun atau hilang setelah beberapa minggu atau disimpan dalam lemari pendingin. Sedangkan Sukun biasa diperbanyak secara tradisional melalui tunas akar (yang telah memiliki akar adventif). Namun pekerjaan tersebut terlalu melelahkan dan memiliki resiko kematian tunas yang tinggi, jika tidak dipelihara dengan baik. Sesungguhnya tunas akar dapat dicangkok, yang akan meningkatkan kuantitas akar serta ketahanan hidup tuans tersebut. Metode perbanyakan yang lebih umum lagi adalah stek akar. Stek akar dapat dilakukan dengan menanam irisan melintang bagian akar yang memiliki diameter sebesar 2.5 cm atau lebih dan panjang 20-25 cm kedalam media tanam di areal persemaian yang teduh untuk menjaga kelembapan yang tinggi sampai keluar tunas dan akar adventifnya. Proses tersebut dapat berlangsung dalam beberapa bulan. Kemudian tiap-tiap tunas ditanam ke dalam pot dan dipelihara di bawah naungan yang sesuai. Pemberian naungan tetap dilakukan ketika semai ditanam di lapang hingga kondisi mantapnya tercapai.


- STEK DAUN PADA BEGONIA

Pilih daun Begonia yang telah cukup tua. Petik tanpa disertai tangkainya.Belah daun tersebut jadi 3 bagian. Pembelahan dilakukan dari pangkal daun utama. Pembelahan jangan samapi memotong tilang daun Utama. Lakukan di sela-sela tulang daun utama. Tancapkan potongan daun tersebut pada media kompos yang basah.Selanjutnya usahakan jangan sampai terkena air/tetesan air/air hujan. Setelah 1 bulan akna muncul rumpun tunas.Pisahkan rumpun tersebut jadi 5 bagian agar menjadi lima tanaman.


- KULTUR JARINGAN PADA PISANG ABACA

Meneliti Kultur Jaringan Pisang Abaca

Para petani yang tergabung dalan KBN (Koperasi Bina Nusantara) datang ke Menristek untuk meminta kajian atau agar BPPT mengkaji apakah ada teknologi yang bisa meningkatkan kualitas hasil. Seperti teknologi jaringan atau teknologi penyeratan.
Menurut Anwar, Ketua BKN, teknologi kultur jaringan dimaksudkan agar biakan pisang dari induknya bisa memiliki kualitas yang sama dengan sang induk. Sedang untuk alat penyerat mereka membutuhkan alat manual yang bisa digunakan oleh para petani dan diharapkan hasilnya bisa sesuai dengan kehendak pasar.
Sayangnya, hingga saat ini, BPPT hingga kini belum pernah meneliti seberapa besar manfaat penerapan kultur jaringan pada peningkatan kualitas kualitas serat pisang. Termasuk penelitian perbandingan aspek ekonomis antara serat pisang hasil kultur jaringan dan hasil pembiakan generatif.
Dr. Wahono, Kepala Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT, seperti yang ditulis Republika menjelaskan, untuk serat pisang memang belum melakukan penelitian, namun untuk kelapa sawit sudah dilakukan.
Wahono juga menambahkan untuk secara teori kultur jaringan bisa mempertahankan kualitas hasil Karena pembiakan jaringan pada hakekatnya memperbanyak induk, sehingga sama persis dengan induknya. Berbeda dengan pembiakan generatif, yang makin lama makin berkurang kualitasnya.
Sementara untuk pembuatan alat penyerat pada pisang abaca, BPPT hingga kini belum pernah mendesainnya. Hal ini diakui oleh Direktur Teknologi Alat dan Mesin Industri BPPT, Triadi Kaswanto. Jadi, kedatangan para petani ini nyaris tak membuahkan hasil. Padahal, menurut Anwar , produk serat pisang abaca ini, pembeli lokal dan eksportir saja, April bulan lalu telah menandatangani kontrak pembelian sebanyak 20.000 ton.


DAFTAR ISI

Berita Iptek. Topik:Biologi

http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php l_review&id=12785&task=view

http://pengawasbenihtanaman.blogspot.com/2008/06/bahan-untuk-bibit-pada
tanaman-tebu.html

http://www.proseanet.org/prohati2/browser.php?docsid=341

http://klepeut.blogspot.com/2009/05/begonia.html

Kamis, 11 Februari 2010

Artikel Jenis Herbisida

HERBISADA KONTAK & HERBISIDA SISTEMIK

Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil yang disebabkan oleh gulma. Lahan pertanian biasanya ditanami sejenis atau dua jenis tanaman pertanian. Namun demikian tumbuhan lain juga dapat tumbuh di lahan tersebut. Karena kompetisi dalam mendapatkan hara di tanah, perolehan cahaya matahari, dan atau keluarnya substansi alelopati, tumbuhan lain ini tidak diinginkan keberadaannya. Herbisida digunakan sebagai salah satu sarana pengendalian tumbuhan pengganggu tanaman.

1. Herbisida Kontak
Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida ini, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih hijau, serta gulma yang masih memiliki sistem perakaran tidak meluas.
Di dalam jarinngan tumbuhan, bahan aktif herbisida kontak hampir tidak ada yang ditranslokasikan. Jika ada, bahan tersebut ditranslokasikan melalui phloem. Karena hanya mematikan bagian gulma yang terkena, pertumbuhan gulma dapat terjadi sangat cepat. Dengan demikian, rotasi pengendalian menjadi singkat. Herbisida kontak memerlukan dosis dan air pelarut yang lebih besar agar bahan aktifnya merata ke seluruh permukaan gulma dan diperoleh efek pengendalian aktifnya yang lebih baik.
Herbisida kontak juga yang bekerja dengan cara menghasilkan radikal hidrogen peroksida yang memecahkan membran sel dan merusak seluruh konfigurasi sel. Herbisida kontak hanya mematikan bagian tanaman hidup yang terkena larutan, jadi bagian tanaman dibawah tanah seperti akar atau akar rimpang tidak terpengaruhi, dan bagian tanaman didapat kembali dan roses kerja pada herbisida ini pun sangat cepat.
Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis. Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan. Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian dan bila herbisida ini tidak menyentuh akar maka proses kerjanya tidak berpengaruh pada gulma. Contoh herbisida kontak adalah paraquat.
Ada jenis-jenis herbisida kontak berdasarkan bentuk, waktu penggunaan, dan jenis tanaman yang baik untuk dikendalikan gulmanya yaitu salah satunya adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat kontak, berbentuk larutan dalam air berwarna hijau tua, untuk mengendalikan gulma pada pertanaman kelapa sawit (TM) dan jagung (TOT). Contoh-contoh herbisida kontak pada umumnya yang digunakan adalah sebagai berikut:
- Gramoxone
- Herbatop
- Paracol

2. Herbisida Sistemik
Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya. Cara kerja herbisida ini membutuhkan waktu 1-2 hari untuk membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara menganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya. Keistimewaannya, dapat mematikan tunas - tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Efek terjadinya hampir sama merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama (panjang). Penggunaan herbisida sistemik ini secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya aplikasi. Herbisida sistemik dapat digunakan pada semua jenis alat semprot, termasuk sistem ULV (Micron Herbi), karena penyebaran bahan aktif ke seluruh gulma memrlukan sedikit pelarut.
Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas herbisida sistemik, yaitu:
- Gulma harus dalam masa pertumbuhan aktif
- Cuaca cerah waktu menyemprot.
- Tidak menyemprot menjelang hujan.
- Keringkan areal yang akan disemprot.
- Gunakan air bersih sebagai bahan pelarut.
- Boleh dicampur dengan herbisida 2,4D amina atau dengan herbisida Metsulfuron.
Ada beberapa jenis herbisida sistemik berdasarkan waktu penggunaannya, bentuknya, dan baik digunakan buat tanaman yaitu:
1. Herbisida sistemik purna tumbuh berbentuk larutan dalam air berwarna hijau, untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan gulma berdaun sempit pada pertanaman kelapa sawit (TBM).
2. Herbisida sistemik purna tumbuh berbentuk larutan dalam air berwarna merah, untuk mengendalikan gulma pada tanaman jagung (TOT) dan kakao (TBM).
3. Herbisida sistemik purna tumbuh berbentuk larutan dalam air berwarna coklat tua untuk mngendalikan gulma berdaun lebar pada tanaman karet (TM) dan tanaman padi.
Contoh herbisida sistemik adalah Glifosat, Sulfosat, Polaris, Round up, Touch Down, dll.


DAFTAR PUSTAKA

Barus, Emanuel. 2003. Pengendalian Gulma Perkebunan. Kanisius: Yogyakarta

http://biotis.co.id/poster/h-serbu.jpg

http://biotis.co.id/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=16&Item =69&limitstar

http://id.wikipedia.org/wiki/Herbisida

http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/isdp0102.pdf

Rabu, 10 Februari 2010

Makalah k Ku

MAKALAH
FISIOLOGI TANAMAN
BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT

OLEH

KELOMPOK 4
ILMAL BANI HASYIM: 09.04.3634 (KETUA)
GRINOX PUTRA TAMA: 09. 04. 3627 (PENYAMPAI MATERI)
HARI SYAHPUTRA: 09. 04. 3628 (MODERATOR)
HERLIN AGISTA: 09. 04. 3632 (NOTULIS)
HENDRIK TEGAR: 09. 04. 3631
IBNU ISNAWAN: 09. 04. 3633
INDRA JAYA SIALAGAN: 09. 02. 3635
IRFAN PURBA: 09. 04. 3636
IRWANSYAH: 09. 04. 3637

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN
YOGYAKARTA
2009



i. KATA PENGHANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyalesaikan makalah ini.
Makalah di buat berdasarkan hasil diskusi kelompok kami selama 2 minggu dari 16 Desember sampai dengan 30 Desember 2009.
Kami dapat menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dari Ibu Tri Martini, SP, MSi selaku dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan.
Penyusun menyadari makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk menyempurnakannya penyusun dengan senag hati menerima segala kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun berharap makalah ini bermanfaat bagi penyusun dan bagi pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 24 Desember 2009

Penyusun





ii. DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………………….........i
Kata Penghantar………………………………………………………………………………ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………………...iii
Bab I Pendahuluan....………………………………………………………… ……………...1
A. Judul………………………………………………………………………………...1
B. Latar Belakang……………………………………………………….. …………….1
Bab II Pengenalan Tanaman Kelapa Sawit…………………………………………………… 3
Bab III Perawatan Tanaman Kelapa Sawit……………….…………………………………...6
Bab IV Pembibitan dan Panen………………………………………………………………...10
Kesimpulan……………………………………………………………………………………13
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………...14


BAB I

PENDAHULUAN


A. JUDUL
Budidaya Tanaman Kelapa Sawit


B. LATAR BELAKANG
Sektor pertanian sampai saat ini masih merupakan sektor yang belum tergantikan dalam
memenuhi kebutuhan manusia, baik sandang, pangan maupun perumahan serta rekreasi. Penguasaan ilmu pertanian dan khususnya ilmu perkebunan menjadi hal yang logis untuk mewujudkan sektor pertanian yang mengkhususkan sektor perkebunan menjadi sektor yang handal dan dapat diandalkan bagi pemenuhan kebutuhan manusia, di waktu sekarang maupun yang akan datang.
Pertanian yang berkelanjutan merupakan konsep pembangunan pertanian yang lebih komperhensif, berwawasan jangka panjang, serta akrab lingkungan dalam mewujudkan pertanian yang lebih handal.
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang sangat diunggulkan selain karet dan kakao. Tingginya kebutuhan dunia terhadap minyak nabati menjadikan tanaman ini menjadi komoditas perkebunan yang handal dalam peningkatan devisa negara dalam sektor komoditi non-migas.
Pertumbuhan dan produtivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor luar maupun dalam tanaman kelapa sawit itu sendiri, antara lain jenis atau varietas tanaman. Sedangkan faktor luar adalah faktor lingkungan, antara lain iklim, tanah, dan teknik budidaya yang dipakai merupakan faktor lingkungan utama yang mempengaruhi. Disamping itu kelapa sawit (Elais ginneensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik.


Namun untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat dan menghasilkan produksi yang tinggi dibutuhkan kisaran lingkungan tertentu (syarat tumbuh tanaman kelapa sawit). Kondisi iklim, tanah, dan bentuk wilayah merupakan faktor lingkungan utama yang mempengaruhi.
Secara nasional produksi komoditas tanaman perkebunan yang sangat besar mendapatkan
keuntungan finansial adalah komoditas kelapa sawit karena mempunyai daya jual yang tinggi dibandingkan komoditas perkebunan lain.



BAB II
PENGENALAN TANAMAN KELAPA SAWIT

Kelapa sawit (Elaeis genneensis Jacq) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting.
Gambaran Umum Kelapa Sawit
Morfologi Kelapa Sawit
a. Akar
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang.
Radikula (bakar akar) pada bibit terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam bulan terus-menerus dan panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit terus berkembang.
Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah
dan horizontal ke samping. Serabut primer ini akan bercabang manjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya, cabang-cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal.
b. Batang
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada
pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan.
Di batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat
kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas.

c. Daun
Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau ayam. Di
bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisisnya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun
d. Bunga dan buah
Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai
mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyrbukan silang (cross pollination).
Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicrap), daging buah
(mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji (endocrap) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embryo).
Lembaga (embryo) yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah.
1. Arah tegak lurus ke atas (fototropy), disebut dengan plumula yang selanjutnya
akan menjadi batang dan daun
2. Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy) disebut dengan radicula yang selanjutnya
akan menjadi akar.
Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin tua warnanya berubah menjadi
hijau kehitaman, kemudian menjadi kuning muda, dan setelah matang menjadi merah kuning (oranye). Jika sudah berwarna oranye, buah mulai rontok dan berjatuhan (buah leles).
e. Biji
Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji dura afrika
panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji dura deli memiliki bobot 13 gram per biji, dan biji tenera afrika rata-rata memiliki bobot 2 gram per biji.

Biji kelapa sawit umumnya memiliki periode dorman (masa non-aktif). Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan sekitar 50%. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment.
Jenis Kelapa Sawit.
Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
1. Dura memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15-17%.
2. Tenera memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21-23%.
3. Pisifera memiliki cangkang yang sangat tipis, tetapi daging buahnya tebal dan bijinya kecil. Rendemen minyaknya tinggi (lebih dari 23%). Tandan buahnyahampir selalu gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit.


BAB III
PERAWATAN TANAMAN KELAPA SAWIT

Kelapa sawit (Elais Guineensis Jacq) adalah salah satu tanaman yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit baru mulai dikembangkan pada tahun 1991 secara komersial dalam perusahaan perkebunan di Indonesia. Kelapa sawit termasuk jenis palmae, denagn sekitar 11-15 m, bahkan kadang-kadang mencapai tanaman ini tidak bercabang, tajuk daun membentuk semacam paying dengan tipe daun majemuk. Tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan buah sekitar 14 – 18 buah/tahun; keluarnya pelepah berarti juga dihasilkan satu bakal buah. Akar tanaman kelapa sawit tersusun atas akar serabut, yang mampu baik pada lahan dengan kelas marginal dan sekaligus dapat menjaga tanah dari erosi (Heurn, 1985).
Pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor luar maupun faktor dalam tanaman kelapa sawit itu sendiri, antara lain jenis atau varietas tanaman. Sedangkan faktor luar adalah faktor lingkungan, antara lain iklim, tanah, dan dan teknik budidaya yang dipakai (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

1. Iklim
Faktor iklim yang terpenting adalah curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara dan radiasi matahari. Faktor-faktor ini sepintas lalu tampak berbeda jelas satu sama lain, tetapi pada kenyataannya berkaitan erat dan saling mempengaruhi. Curah hujan yang tinggi menurunkan radiasi matahari karena cuaca banyak berawan. Pada gilirannya, cuaca berawan cenderung menurunkan suhu. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27º C dengan suhu maksimum 33º C dan suhu minimum 22º C sepanjang tahun. Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk prtumbuhan kelapa sawit adalah 1250 – 3000 mm yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari 3), curah hujan optimal berkisar 1750 – 2500 mm.

2. Kondisi Lahan
Berbeda dengan faktor-faktor iklim yang polanya dapat berfluktuasi dari tahun ke tahun,
sifat-sifat tanah dapat dikatakan konstan, walaupun untuk jarak panjang, karena proses pelapukan, sifat-sifat tersebut dapat mengalami perubahan. Demikian pula untuk derajat kesuburan tanah dapat meningkat atau menurun, tergantung dari manusia dalam memanfaatkan tanah. Tanaman kelapa sawit pada lahan beriklim agak kering sebenarnya masih dapat tumbuh baik jika kemampuan tanah tergolong tinggi dalam menyimpan dan menyediakan air. Secara umum tanaman kelapa sawit dapa tumbuh dan berproduksi pada tanah-tanah Ultisols, Inceptisols, Andisols, histosol. Berbeda dengan tanaman perkebunan lainnya, kelapa sawit dapat diusahakan pada tanah yang memiliki tekstur agak kasar sampai halus yaitu antara pasir berlempung sampai liat massif. Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung liat berpasir. Kedalaman efektif tanah yang baik adalah jika > 100 cm.
Selain itu kelapa sawit dapat tumbuh dan berprodusi pada bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit (kemiringan 8 – 30%) dan bentuk wilayah yang sesuai untuk kelapa sawit adalah datar sampai berombak dengan kemiringan lereng antara 0 – 8%.

3. Pemupukan
Ada beberapa jenis pembagian dan pemberian pupuk terhadap tanaman kelapa sawit
tergantung pada jenis tanaman yaitu masih dalam proses pembibitan dan pemupukan pada tanaman yang menghasilkan (TM).

A. Pemupukan bibit
1. Jenis dan Dosis Pupuk
Jenis pupuk yang digunakan adalah urea, NPK, serta Kieserite. Pada saat
transplanting dari Pre-nursery ke main Nur-sery biasanya bibit mengalami stres dan menjadi agak kekuningan. Untuk itu bibit disemprot dengan larutan 8 gram urea dalamn 15 liter air untuk 100 bibit.

2. Pemupukan di Pre-Nursery
Pemupukan dilakukan pada periode umur bibit 0 – 3 bulan. Pemupukan daun dengan cara penyemprotan dapat dilakukan jika daun pertama sudah keras. Rotasi dosis yang sama diberikan per minggu. Setelah dilakukan penyemprotan daun, bibit tidak boleh disiram dengan air pada pagi hari karena dapat menyebabkan pencucian pupuk yang diaplikasikan.

3. Pemupukan di Main Nursery
Pupuk diaplikasikan secara merata di permukaan tanah dalam polybag dengan jarak 5 – 8
dari bibit dan tidak boleh mengenai daun. Setelah berumur 12 bulan, aplikasi dapat disebar merata di polybag.

4. Cara Aplikasi
Pupuk disebar merata 20 cm dari pangkal tanaman sampai ke proyeksi ujung pelepah agar penyerapannya maksimum. Disebarkan merata pada jarak 20 – 50 cm dari pangkal batang disekeliling pohon dan tidak boleh mengenai daun kelapa sawit.

5. Waktu Aplikasi
Aplikasi harus segera dilakukan segera setelah penyiangan gulma pada piringan dengan
demikian harus direncanakan dengan baik antara jadwal penyiangan gulma dengan pemupukan.


B. Pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM)
Dosis pupuk pada tanaman kelapa sawit menghasilkan (TM) ditentukan berbagai faktor, antara lain hasil analisa daun, kesuburan tanahm, produksi tanaman, percobaan lapangan, dan pengamatan visual tanaman. Hasil analisis daun memberikan indikasi kekurangan unsur hara pada tanaman, tetapi tidak menjelaskan penyebab dan besarnya pupuk yang diperlukan untuk mencapai kondisi hara yang optimal.

Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi tanah, khususnya kesuburannya dalam menentukan rekomendasi pemupukan yang tepat. Hal ini lebih lanjut dapat dikaitkan dengan potensi produksi tanaman kelapa sawit.

Pemupukan Secara Manual
a. Dilakukan pada Tm muda umur <7 tahun atau pada TM yang lebih tua yang tidak
dimungkinkan untuk dilakukan secara mekanis
b. Pada Tm muda pupuk ditabur merata mulai batas luar piringan menuju ke dalam
dengan lebar 1 m.
c.Pada TM remaja dan tua, pupuk di tabor mulai batas luar piringan ke arah luar
dengan lebaran sebaran 1 m.
d.Pupuk fosfat untuk TM muda diberikan di piringan sedangkan pada TM remaja dan
tua diberikan pada tumpukan pelepah maupun diatas bahan organik.

2. Pemupukan Secara Mekanis dengan fertilizer spreader
Penggunaan fertilizer spreader (FS) sesuai pada areal TM yang datar sampai landai (kemiringan lereng 0 – 5 º) dengan umur tanaman > 6 tahun.

4. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma pada kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara manual, kimiawi Pengendalian secara manual dilakukan dengan menggunakan cangkul. Dengan cara kimiawi, pangendalian gulma dilakukan dengan cara pemberian herbisida, pestisida dan zat kimia lainnya.

BAB. IV
PEMBIBITAN DAN PANEN

A. PEMBIBITAN
Pembibitan tanaman kelapa sawit merupakan hal yang sangat penting dalam proses pertukaran tanaman lama ke yang baru serta dapat menemukan jenis-jenis tanaman kelapa sawit yang lebih produktif. Bibit baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penempilan tubuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan saat pelaksanaan transplanting. Untuk menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas maka diperlukan pengolahan yang intensif selama tahap pembibitan.
Pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa sawit di lapangan sangat dipengaruhi oleh mutu bibit yang digunakan. Pertumbuhan bibit kelapa sawit yang jagur diperoleh melalui pemeliharaan yang baik terutama melalui pemberian pupuk yang optimal. Selain pemupukan, sifat media tanah yang digunakan khususnya sifat – sifat fisik tanah sangat menentukan pertumbuhan bibit.
Pembibitan melalui klon meliputi pembibitan awal (pre nursery) selama 3 bulan dan pembibitan utama (main nursery) selama 9 bulan. Sebelum pembibitan awal dilakukan, planlet (tanaman baru) perlu melewati fase aklimatisasi, yaitu proses adaptasi planlet dari kondisi laboratorium menjadi kondisi lingkungan alami di luar.
1. Penentuan Lokasi
Dalam pembibitan penentuan lokasi yang baik sangat diperlukan adapun syarat lokasi
yang baik untuk pembibitan kelapa sawit yaitu:
a. Ketersediaan air dengan pH >4 yang cukup untuk mengairi minimal 80.000 liter/ha/hari.
b. Berdreinase baik dan tidak terkena banjir
c. Tanah yang baik dan ketersediaan unsur hara nya sangat baik pula
d. Disekitar lokasi pembibitan tidak terdapat pohon yang tinggi


2. Pemberian Mulsa
Pemberian mulsa dilakukan untuk mengurangi penguapan air maupun pupuk. Mulsa
diberikan secara merata di atas permukaan tanah dalam polybag segera setelah penanaman. mulsa yang dianjurkan adalah cangkang kelapa sawit, apabila tidak tersedia cangkang dapat juga digunakan fiber atau potongan lalang kering.

3. Pemupukan
Pada umumnnya pemupukan bibit kelapa sawit dilakukan menggunakan pupuk majemuk
NPKMg.

4. Persiapan Pemindahan Bibit ke Lapangan
Cara pemindahan bibit ke lapangan juga harus diperhatikan. Bibit harus diangkat dengan cara menempatkan satu tangan di dasar polybag dan satunya lagi menggenggam pangkal batang. Bibit tidak boleh diangkat dan dilemparkan atau dibanting karena akan mengakibatkan polybag pecah.

B. PANEN
serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai
kriteria matang panen, mengumpulkan dan megutip brondolan serta menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil. Adapun intruksi panen adalah
1. Memanen semua TBS (Tandan Buah Segar) sesuia dengan criteria matang panen
2. Mengutip semua brondolan
3. Pembuatan ancak panen yang bertujuan memperolek efektivitas kerja pemanenan
Kriteria matang panen tergantung pada berat tandan yaitu untuk berat tandan > 10 kg
sebanyak 2 brondilan/kg tandan dan untuk berat tandan < 10 kg sebanyak 1 brondolan/kg tandan. Pada tanaman kelapa sawit pada umumnya dapat dipanen pertama kali dari penanaman awal bibit adalah sekitar 2 – 3 tahun.

Pembuatan jalan-jalan panen juga merupakan hal terpenting dalam pemanenan yang bertujuan untuk mempermudah pengangkatan hasil panen. Pembuatan jalan-jalan panen dilakukan setelah tanaman kelapa sawit berumur 2 tahun, di antara dua baris pohon dibuat jalan kecil yang sejajar dengan barisan pohon. Jalan panen ini juga mempermudah pemeriksaan penyiangan dan jenis pekerjaan lain.

KESIMPULAN

1. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting.

2. Bentuk morfologi tanaman kelapa sawit terdiri atas akar, batang daun, bunga, buah, dan buah.

3. Pertumbuhan dan produtivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor luar maupun dalam tanaman kelapa sawit itu sendiri, antara lain jenis atau varietas tanaman. Faktor luar adalah faktor lingkungan, antara lain iklim, tanah, pemupukan dan teknik budidaya yang dipakai merupakan faktor lingkungan utama yang mempengaruhi

4. Pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa sawit di lapangan sangat dipengaruhi oleh mutu bibit yang digunakan.

5. Pemupukan dalam budidaya tanaman kelapa sawit dapat dibedakan beberapa cara aplikasi berdasarkan pada umur tanaman yaitu, pemupukan di Pre-Nursery dan pemupukan di Main Nursery.











DAFTAR PUSTAKA

Buana, Lalang, dkk. 2006 Modul Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit (Indonesian Oil Palm Research Institute). Medan.

Gandaseputra, Suwardi. 1986. Budidaya Dan Pengolahan Kelapa Sawit. Lembaga
Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta.

Heurn, F. C. V. 1985. Kelapa Sawit (ahli bahasa Semangun, H dan Lahija, A).
Lembaga Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta.

Mangoensoekardjo, S. dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gajah
Mada University Press. Yogyakarta.

Selasa, 02 Februari 2010